Rabu, 11 Februari 2009

manusia rantai

Sepenggal Cerita Orang Rantai
Pernah dengar cerita orang rantai? Dalam penggalan sejarah zaman penjajahan Belanda, cerita orang rantai ini tidak terlalu mengapung bila dibandingkan dengan pekerja rodi. Padahal, perlakuan terhadap orang rantai jauh lebih kejam jika dibandingkan dengan pekerja paksa. Selain kerja paksa, orang rantai ini juga harus dirantai di kaki, tangan dan leher.
Cerita orang rantai ini ternyata pernah ada di Sumbar,tepatnya di Kota Sawahlunto sekitar tahun 1892 lalu. Orang rantai ini sangat ditakuti oleh masyarakat Sawahlunto, karena umumnya orang rantai tersebut merupakan tahanan politik dan kriminal yang didatangkan dari Jawa. Bahkan, Sawahlunto menjadi kota yang menakutkan.
Orang rantai ini sengaja didatangkan dari Jawa oleh Belanda untuk diperkerjakan di tambang batubara. Awalnya, orang rantai tersebut diambil dari tahanan yang ada di Muaro, Padang. Tapi, karena orang Padang dapatmeloloskan diri dengan berbagai cara. Akhirnya, kolonial Belanda mendatangkanpekerja dari tahanan di Depok dan lainnya.
Orang rantai ini merupakan episode perbudakan yang luar biasa. Jika dulu pernah ada perbudakan penambang batubara di Deli SumateraTimur, ternyata perbudakan di Ombilin jauh lebih menakutkan.
Pekerja di tambang Ombilin ini dirantai sambil terus digiring dengan diawasi polisi Belanda. Bahkan, orang rantai ini dipekerjakan dari Ombilin hingga Telukbayur.
Penggalan kisah orang rantai ini menjadi bagian episode film dokumenter yang sedang digarap peneliti senior di Pusat Studi Regional LIPI Erwina Erman.
Terinspirasi dari berita BBC yang menayangkan bagaimana sisi kehidupan sehari-hari yang jarang terekspos, Erwina dalam diskusinya denganDivisi Regional Head Padang (DRH), Riau Pos Group, H Sutan Zaili Asril tadimalam mengungkapkan, banyak sisi-sisi menarik yang bisa digambarkan dari kotatambang Sawahlunto. Erwina mencoba menuangkan bagaimana sebenarnya keberadaankota tambang Sawahlunto zaman dulu. Dengan mengangkat tema Sawahlunto Kota Kriminimal, Erwina mencoba menguak lebih mendalam bagaimana sisi-sisi kehidupan pertambangan di Sawahlunto.
“Di Sawahlunto tersebut ternyata bukan hanya bisa dikuak bagaimana teknis penambangan saja. Namun, banyak hal yang bisa diungkapkan dari penambangan tersebut,” kata Erwina.
Bahkan, bukan hanya menyingkap soal kekejaman terhadap orang rantai, tapi juga bagaimana perilaku orang rantai tersebut selama bekerja ditambang batubara di bawah tanah. Mulai dari perilaku homoseksual hingga memperebutkan perempuan.
Dari kisah orang rantai, sebenarnya mengandung makna bahwa bagaimana kekejaman yang diperlihatkan, tapi juga bagaimana pelanggaran human rights tersebut juga dipertontonkan. Di masa itu jugadiperlihatkan bagaimana dalam konteks ekonomi bagaimana kompetisi dilakukan dalam berbagai hal.
Dari artikel yang saya kutip dari nineng.blog.friendster.com/2007/07.saya sebagai guru sejarah di salah satu SMA Swasta di Jakarta mendapatkan materi yang baru, sejauh ini saya baru mengerti tentang sistim kerja paksa yang diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda selama menjajah Indonesia . ternyata kehidupan manusia rantai melebihi penderitaan para pekerja paksa zaman tanam paksa . beberapa minggu yang lalu melalui tayangan media Televisi swasta saya melihat gambaran tentang nasib manusia rantai yang dipekerjakan oleh pemerintah kolonial untuk dipekerjakan di pertambangan dengan keadaan kaki mereka terhubung satu rantai dengan kaki sesama manusia rantai. Ironisnya pengawasan kerja mereka dilakukan oleh
orang-orang pribumi yang bekerja pada pemerintah kolonial . Dengan kesombongannya mereka melakukan penyiksaan terhadap manusia rantai tanpa berperi kemanusiaan.

Tidak ada komentar: